Di lautan nikmat
Dua makhluq berpisah
Yang satu tenggelam yang lain menyelam
Kau tahu apa bedanya?
“Kemudian Dia menyempurnakan penciptaanNya dan meniupkan ke dalam jasad itu sebagian dari ruhNya. Dan Dia menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati.. Sedikit sekali kalian mensyukuri.” (As Sajdah 9)
Sungguh Allah telah memberikan nikmatNya kepada sekalian manusia. Maka mengapa tidak juga bersyukur dan bertaqwa? Padahal janji Allah adalah benar.
“Sesungguhnya orang-orang bertaqwa berada di dalam tempat yang aman. Di dalam taman-taman dan mataair-mataair. Mereka memakai sutera halus dan sutera tebal, (duduk) berhadap-hadapan. Demikianlah.. dan Kami jodohkan mereka kepada bidadari bermata jeli.” (Ad Dhukhan 51-54)
Kata bermata jeli dalam ayat ini memulai sebuah dialog panjang antara Ummu Salamah dengan Rasulullah Shallallu ‘Alaihi wa Sallam. Diaog ini merangkum sifat-sifat bidadari yang ingin kita kenali. Jika membacanya anda menjadi cemburu pada bidadari, maka tenanglah. Karena sungguh indah, bahwa dialog beliau berdua diakhiri dengan peyakinan bahwa wanita dunia jauh lebih baik dan patut dicemburui oleh bidadari. Wanita dunia yang bagaimana? Simak saja !
Al Imam Ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ummu Salamah, bahwa ia Radhiyallahu ‘Anhaberkata,
“Ya Rasulullah, jelaskanlah padaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli…”
Beliau menjawab. “Bidadari yang kulitnya bersih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau bak sayap burung Nasar.” Aku (Ummu Salamah) berkata lagi, “Jelaskanlah padaku Ya Rasulullah, tentang firmanNya: Laksana mutiara yang tersimpan baik (Al Waqi’aj 23) ..!”
Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tak pernah tersentuh tangan manusia…”
Aku bertanya, “Ya Rasulullah, jelaskanlah kepadaku tentang firman Allah: Di dalam surga itu ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik (Ar Rahman 70) ..!” Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita.”
Aku bertanya lagi, “Jelaskanlah padaku firman Allah: Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan baik.” (Ash Shaffat 49) ..!” Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada bagian dalam telur dan terlindung dari kuliat bagian luarnya, atau yang biasa disebut putih telur.”
Aku bertanya lagi, “Ya Rasulullah,jelaskan padaku firman Allah: Penuh cinta lagi sebaya umurnya (Al Waqi’ah 37) ..! Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia dalam usia lanjut dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Allah menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi, dan umurnya sebaya.”
Aku bertanya, “Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukan bidadari yang bermata jeli?” Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat.”
Aku bertanya, “Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, “Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”
Aku berkata, “Ya Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan merekapun masuk surga. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?” Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu diapun memilih siapa di antara mereka yang paling baik akhlaqnya. Lalu dia berkata, “Rabbi, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya…”
…Wahai Ummu Salamah, akhlaq yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” (HR At Thabrani)
Sudah anda termukan potensi keunggulan anda bukan? Shalat, puasa, dan ibadah. Segala yang bisa dicakup oleh kata ibadah, segala kebaikan yang ditujukan untuk mencari keridhaan Allah. Semata karenaa Allah, dan untuk Allah.
Kalau keunggulan kita atas bidadari, seperti kata Rasulullah, ada dalam shalat, ruku’, sujud, dan segala aktivitas ibadah kita, maka kemudian kita akan berikrar seperti yang diperintahkan Allah:
“Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah, Rabb Semesta Alam. Tiada sekutu bagiNya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menjadi muslim”(Al An’am 162-163)
Demikianlah yang diperintahkan kepadaku. Hidupku untukMu, apalagi matiku.. Karena aku rindu pada ridhaMu. “Allah ridha kepada mereka, dan merekapun ridha padaNya.” (Al Bayyunah 8)
Penutup
Kerinduan, ya.. kerinduan. Kerinduan menjadi nikmat yang menyambung asa harapan orang-orang beriman. Cita-cita besar para mujahid selalu berangkat dari terminal kerinduan. Dan unik, terminal rindu itu selalu dibawa serta selama perjalanan. Rindu, anugerah Allah untuk sumbu potensi dan pemantik api keshalihan, agar segera bertemu dalam perbaikan diri. Lalu akhirnya, ia bermuara pada satu lagi kerinduan. Kerinduan akan sebuah sambutan:
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Rabbmu dengan hati puas lagi diridhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam jannahku.” (Al Fajr 27-30)
No comments:
Post a Comment