Sunday, June 27, 2010

Matematika dalam Era Globalisasi

A. Pendahuluan

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat pesat terutama dalam bidang informasi begitu cepat, sehingga informasi yang terjadi di dunia , dapat kita ketahui dengan segera, yang mengakibatkan batas Negara dan waktu sudah tidak ada perbedaan lagi. Akibat dari perkembangan IPTEK itu timbullah suatu masa atau era yang disebut dengan Era globalisasi. Dalam era globalisasi ini banyak yang akan terjadi, misalnya dalam bidang ekonomi adanya pasar bebas yaitu AFTA 2003 dan WTO. Dalam menghadapi era globalisasi itu faktor yang paling dominan adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM).

Memasuki era globalisasi ini diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang kreatif berpikir sistematis logis, dan konsisten, dapat bekerja sama serta tidak cepat putus asa. Untuk memperoleh sifat yang demikian perlu diberikan pendidikan yang berkualitas dengan bermacam-macam mata pelajaran.

Salah satu mata pelajaran yang merefleksikan sifat di atas adalah mata pelajaran matematika, karena matematika merupakan ilmu dasar dan melayani hampir setiap ilmu. Sehingga ada ungkapan bahwa matematika itu adalah ratu dan pelayan ilmu. Juga matematika merupakan ilmu yang deduktif, ilmu yang terstruktur dan matematika merupakan bahasa simbul dan bahasa numerik.

A. Permasalahan

Dari uraian di atas, tampak bahwa yang menjadi permasalahan adalah bagaimana upaya guru dalam pengajaran matematika, sehingga dengan belajar matematika, dapat menghasilkan anak didik yang handal dan mampu berkompetisi secara global.

B. Pembahasan

Sumber daya manusia dapat ditingkatkan hanya dengan melalui pendidikan. Dunia pendidikan di Indonesia sudah seharusnya lebih sungguh-sungguh dan lebih terprogram dan terpola melakukan suatu evaluasi terhadap perannya dalam pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini. Untuk meningkatkan perannya itu komponen-komponen dalam sistem pendidikan perlu mendapat perhatian yang serius. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah kurikulum, kurikulum pendidikan perlu mendapat perubahan-perubahan yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan di masa sekarang ini, agar lulusan pendidikan dapat merespon berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat bersaing secara global. Hal ini sesuai dengan pendahuluan dalam kurikulum berbasis kompetensi (2001: 1) yaitu:Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta tuntutan desentralisasi.

Kurikulum berbasis kempetensi ini adalah kurikulum yang berorientasi kepada kemampuan-kemampuan siswa, sehingga ilmu yang diperoleh dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan berguna untuk hidup di masyarakat. Dengan demikian di dalam pembelajaran matematika, agar pembelajaran itu lebih bermakna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya materi pelajaran matematika dikaitkan dengan kehidupan nyata di masyarakat, kemudian guru mengangkatnya kearah konsep matematika tertentu. Pembelajaran dengan cara demikan dikatakan dengan istilah pendekatan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) yang dewasa ini sedang dipakai di negeri Belanda. Prinsip dasar pendekatan realistik atau tematik menurut Erman (2002: 6) adalah :

1. Prinsip aktivitas; cara terbaik mempelajari matematika melalui doing yaitu dengan mengerjakannya, bukan terima jadi dan menghapalkannya.

2. Prinsip realitas; matematika tumbuh dari dunia realitas oleh karena itu belajar matematika jangan lepas dari dunia realitas, baik pemahamannya maupun aplikasinya supaya lebih dihayati secara bermakna.

3. Prinsip tahap pemahaman; refleksi aktivitas – solusi informal tentang konteks – matematika formal.

4. Prinsip inter-twinment; meman-dang matematika sebagai bahan ajar yang kaya konteks penerapannya.

5. Prinsip interaksi; pembelajaran matematika sebagai suatu aktivitas sosial, sehingga ada kesempatan untuk tukar pengalaman diantara siswa.

6. Prinsip bimbingan; dalam pembelajaran matematika perlu adanya proses bimbingan agar siswa “menemukan kembali” matematika.

Selain perubahan kurikulum, seorang guru harus mengetahui secara hierarkhi tujuan pendidikan dari yang tertinggi yaitu tujuan pendidikan Nasional, tujuan institusional atau tujuan lembaga, tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran sampai ke tujuan pembelajaran baik umum, maupun khusus apakah telah dicapai atau belum?

Menurut kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran matematika (1991: 2) bahwa tujuan umum pendidikan matematika ditekankan pada siswa untuk memiliki:

1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialih gunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

Sedangkan untuk melihat apakah seorang guru telah berhasil mencapai tujuan mata pelajaran matematika, seorang guru harus mengetahui kompetensi dasar, materi pokok dan Indikator pencapaian hasil belajar. Dari indikator tersebut dijabarkan menjadi tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar sedangkan untuk mengetahui keberhasilan tersebut diadakan evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2001: 24) bahwa: “Adanya hubungan erat antara tiga komponen yaitu, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran atau KBM dan evaluasi seperti digambarkan berikut :

Kegiatan belajar mengajar dirancang dalam bentuk program satuan pelajaran disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya dengan KBM.

Makna anak panah yang berasal dari evaluasi berarti bahwa Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauhmana tujuan sudah dicapai sedangkan sebaliknya dalam menyususn alat evaluasi harus mengacu pada tujuan. Selain alat evaluasi mengacu pada tujuan juga alat evaluasi harus mengacu pada KBM yang dilaksanakan sebagai contoh Jika KBM yang dilakukan oleh guru menitik beratkan pada aspek keterampilan, maka bentuk evaluasinya pun harus menitik beratkan pada aspek keterampilan, bukannya dengan aspek pengetahuan.

Supaya tujuan mudah dievaluasi keberhasilannya, maka tujuan harus operasiuonal, tujuan tersebut harus diklasifikasikan dalam bentuk yang lebih rinci. Klasifikasi tujuan pendidikan menurut Benyamin S. Blom dan kawan-kawan (1956) membagi tujuan kedalam tiga daerah atau (domain) yaitu Daerah kognitif (cognitif domain) yang mencakup tujuan-tujuan yang berkenaan dengan berpikir. Domain ini terdiri dari enam tahap yang tersusun mulai yang paling sederhana menuju kemampuan yang paling kompleks. Daerah afektif adalah hal-hal yang berhubungan dengan sikap dan yang ketiga adalah daerah psikomotor. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut hendaknya guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan melihat apakah indikator-indikator keberhasilan tersebut sudah dicapai melalui tujuan pembelajaran khusus, baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

C. Kesimpulan

Memasuki era globalisasi ini diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Sumber daya manusia dapat di tingkatkan, hanya dengan melalui pendidikan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan globalisasi.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, dalam hal ini pelajaran matematika sebaiknya materi pelajaran matematika dikaitkan dengan kehidupan nyata di masyarakat, kemudian guru mengangkatnya kearah konsep matematika tertentu. Untuk mengetahui apakah kompetensi dasar sudah dicapai atau belum perlu diadakan suatu evaluasi, sehingga indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum dan tujuan mata pelajaran betul-betul tercapai.

Daftar Pustaka

Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objective, David McKay Co. Inc

Departemen Pendidikan Nasional (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika, Jakarta: Pusat Kurikulum.

Erman S. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika, Bandung: Jurdikmat FPMIPA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Suharsimi Arikunto (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung: Bumi Aksara

No comments:

Post a Comment