Sunday, June 27, 2010

"Setiap hari, cinta harus ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cinta harus tumbuh menembus semua rintangan. Kuncup-kuncupnya tak boleh merekah semua seketika, untuk kemudian layu. Ranting dan pokoknya harus kuat menjulang. Cinta harus ditumbuhkan sepanjang usia dengan bunga-bunganya yang bertaburan di sepanjang jalan kesetiaan. Jalan yang ditapaki dengan riang di bumi dan semoga kelak mempemmukan kita kembali dengannya di surga"

Dear all, tema cinta dalam kehidupar sehari-hari sudah terlalu sering kita dengar. Bahkan sudah terlalu sering dibaha ; dalam berbagai forum diskusi. Entah itu dengan tujuan serius, ataupun mail -main. CINTA adalah sebahagian daripada fitrah manusia. Cinta memang sudah ida dalam diri kita. Bersyukurlah orang yang diberi cinta dan mampu menyingi ap rasa cinta dengan tepat. Pengaruh pembahasan cinta bagi semua oran', tentu berbeda-beda. Banyak hal yang turut mempengaruhi cara atau sikap sese irang terhadap sesuatu yang disebut cinta. Sebagian dari kita bahkan ada yang a oatis terhadap cinta, ada yang memuja cinta, ada yang menjauhi cinta, bahkan antipati terhadap cinta.
Jalaludin Rumi mendeskripsikan cinta dengan begitu indah : "Cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, norm n getarcmnya tampak sekali. la mampu mempengaruhi pikiran sekaligus me 'gendalikan tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, del i beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mai ipu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mat dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin."
Inilah dasyatnya cinta. Lain lagi dengan Gibran. begitu dahsyatnya cinta hingga ia berkata : "Cinta sebagaimana ajal, mengubah segala-galanya". Dahsyat bukan? Lain lagi cinta menurut Patkay, da. am cerita Sungokong : "Cintaa ooh cinta..deritanya tiada akhir".

Cinta bukan hanya ketertarikan kita pada sesuatu, tapi cinta adalah sebuah nilai lebih yang tidak berbilang, sebuah kepatuhan, Sebab al-mawaddah adalah cinta yang teriihat dari sikap dan perlakual, serupa dengan kepatuhan sebagai hasil rasa kagum kepada seseorang. Kita tain bagaimana kecintaan Khadijah ra kepada Rasulullah saw, yang rela mengorbankan apa saja yang dimilikinya dengan perasaan bahagia demi perjuangac sang kekasih yang menjadikannya mulia. Sebaliknya ada perempuan yang mengorbankan kehormatannya hanya untuk menyenangkan sang kekasih yang dilakukan atas nama cinta. Atau ada remaja bunuh diri hanya karena cinta. Cinta yang demikian yang membawanya kepada kehinaan.

Bukankah Islam tidak pemah membelenggu rasa cinta?, karena itu Islam menyediakan penyaluran untuk itu (misalnya lembaga pemikahan) dimana adanya pemenuhan atas aktivitas cinta dan legal.

No comments:

Post a Comment