Monday, August 23, 2010

Puasa untuk Mensyukuri Nikmat Allah SWT

Kini puasa memasuki pertengahan Ramadlan. Bulan yang penuh berkah, karena di situ orang-orang yang beriman menguji hidup dengan berpuasa. Puasa untuk mengekang segala nafsu. Melakukan puasa di masa yang sulit tidaklah mudah bagi orang-orang miskin. Kenaikan BBM, disertai naiknya bahan-bahan pokok secara tidak stabil, memicu gundah. Minyak tanah dan minyak goreng membuat resah karena harganya naik dan tidak terkendali. Orang-orang miskin panik dan menderita. Hidup mereka kian tidak menentu. Kebutuhan makan tidak bisa dipenuhi secara layak. Kesulitan demi kesulitan menerpa seiring keadaan alam tropis yang panas. Kondisi panas bagi pekerja-pekerja buruh dengan upah minim. Seringkali, pekerja kuli bangunan, abang becak, kondektur dan sopir bus kepanasan dan ada yang tidak berpuasa. Di situlah rentam tersulut kekerasan yang menyakitkan.

Kehidupan kian menyesakkan. Maka patut kita renungkan keadaan puasa sekarang. Apa makna dari melaksanakan ritual puasa? Puasa memberikan kesabaran dan ketabahan bagi para pelakunya. Puasa untuk mengekang dorongan sesaat (impulsive) yang meledak-ledak. Contoh, dorongan untuk melakukan korupsi di saat transparansi tidak berjalan. Dorongan membunuh dan menguasai orang lain. Marah dan melampiaskan pukulan ke orang lain. Pelaku pengeboman Bali II merupakan wujud instink tanatos yang merajai hidup mereka.

Hakikat puasa merupakan bukti rasa syukur ummat beragama kepada Allah Yang Maha Esa, Allah SWT yang menciptakan manusia. Dan Dia pula yang mencabut nyawa manusia menurut kehendakNya. Kalau manusia pada saat ini masih diberi rahmat memasuki bulan Ramadlan, berarti punya kesempatan untuk mensucikan diri. Mensucikan diri dari segala noda dan dosa. Bersuci dari keserakahan dan kedengkian. Mensucikan diri dari segala kemunafikan dan penindasan. Allah SWT sangat mencintai makhluknya yang sadar akan tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia untuk menyembah dan menjadi pemimpin di muka bumi. Manusia bisa menyelamatkan saudaranya yang lain. Manusia memberi manfaat bagi kehidupannya, bukan manusia yang mementingkan diri sendiri dengan menindas saudara lainnya. Dengan puasa ini, manusia memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih hidup yang berguna. Menjalankan hidup dengan beribadah secara benar. Bekerja secara giat dan tekun serta melapangkan kesulitan orang lain. Itulah bukti syukur manusia kepada Pencipta, yaitu dengan melakukan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Orang yang mampu bersyukur kepada Allah SWT merasakan lezatnya iman. Anugrah keyakinan bahwa segala nikmat hidup hanya karena kemurahan Allah SWT. Allah SWT yang memberikan semua karunia kepada manusia. Kalau Tuhan mencabut nikmat hidup, maka tidak ada yang mampu menghalanginya. Selagi Tuhan memberikan karunia umur panjang, kondisi sehat dan keyakinan untuk melakukan perintah puasa, maka sejatinya kita diberi kesempatan untuk memberi manfaat bagi sesama. Apabila manusia sangat pelit untuk membantu saudaranya, lalu apa yang akan dibanggakan kelak di akhirat? Perbuatan amal shaleh lah yang akan membawa manusia menjadi mulia. Manusia yang kikir, Allah SWT akan enggan merahmati mereka. Dan apabila Allah SWT menjahui manusia yang dhalim, maka ia makin terperosok dalam jalan sesat yang ditempuh. Sungguh dalam keadaan itu, manusia sangat merugi. Dan kesombongan nyata bagi orang-orang yang dlalim. Contoh, orang kikir dan memakan uang rakyat, akan mudah bagi Allah SWT membuka tabir kejahatan mereka, sehingga mereka hidup dengan hinaan dan penjara. Orang yang tidak belajar dari pengalaman pahit orang-orang jahat, akan sangat merugi.

Kesempatan mensucikan diri bisa dilakukan saat menunaikan kebajikan saat berpuasa. Mengapa orang harus mensucikan dirinya? Tidak ada manusia yang lepas dari kesalahan dan dosa. Dalam menjalankan kehidupan keseharian, manusia dihadapkan dengan beragam pilihan hidup yang kadang menyulitkan. Di situlah adanya pertentangan-pertentangan antara situasi, sikap, pikiran dan perilaku. Pertentangan itulah yang berpotensi mengambil keputusan dengan ceroboh. Keputusan yang menguntungkan dirinya di lain pihak, tetapi terkadang mengorbankan orang lain. Manusia seringkali merasa benar dan menindas yang lemah. Pada skala itulah orang bersalah dan berdosa, bisa bersalah pada dirinya, orang lain atau lingkungan sekitarnya. Contoh orang yang bersalah pada dirinya, ialah orang yang menyia-nyiakan hidupnya dengan minuman keras, narkoba, pergaulan bebas, dan orang yang menyakiti dirinya dan ingin membunuh dirinya sendiri. Sedang, orang yang menyakiti orang lain, bersalah kepada orang lain yang sering dilakukan dalam keseharian misalnya, mencaci maki, menggunjing, dan merampas hak-hak mereka. Orang tersebut tidak bertanggung jawab. Orang yang bersalah pada lingkungan, melakukan penebangan hutan secara besar-besaran sehingga menjadi hutan gundul dan banjir.

Di tengah bulan puasa, perbuatan dosa yang telah lalu patut direnungkan. Mengapa? Karena akan memperoleh pelajaran dari perbuatan tersebut. Namun, jika tidak diambil hikmah, maka akan senantiasa berada dalam kerugian. Perjalanan hidup telah lalu, akan sangat banyak ditemui kerikil dalam hidup. Maka jika bulan puasa ini, menjadi awal untuk mensucikan perilaku dan sikap kita menjadi lebih baik. Sungguh akan menjadi orang-orang yang sadar diri dan mampu memperbaiki kualitas hidupnya di masa mendatang. Orang yang mensucikan hati akan sangat berguna untuk menjadi orang yang tulus ikhlas semata karena mengharap kerelaan Tuhan. Mensucikan diri secara lahir perlu dilakukan, saat puasa. Mensucikan makanan yang dimakan agar bersih dari segi perolehan dan jenisnya. Tuhan sangat mencintai orang-orang yang hidup bersih, baik dan menyehatkan. Dengan tubuh yang sehat, berarti punya kesempatan untuk beramal shaleh lebih banyak daripada yang sakit. Orang sehat akan memiliki percaya diri secara meningkat diabnding orang yang sakit.

Puasa dengan mensucikan diri secara lahir dan batin akan menuntun manusia pada cahaya ilahi. Cahaya (nur) yang akan menuntun dan menjadi lentera kehidupan manusia. Cara yang paling efektif untuk merasakan bukti syukur ialah melakukan kegiatan sahur atau berbuka bersama duafa. Sahur bersama orang-orang miskin dan tertindas. Sahur bersama mereka yang bekerja keras bertaruh hidup saat malam. Saat jam tiga malam telah menggelar jualan di pinggir-pinggir jalan. Sahur bersama abang becak yang mengayuh becak di kegelapan malam. Berbagi dengan penderitaan orang lain akan lebih membuka mata hati kita untuk bersyukur kepada Tuhan. Bersyukur dengan menolong manusia yang tengah berjuang melawan kesulitan. Kegiatan sahur telah dilakukan oleh Ibu Sinta Nuriyah setiap tahun, dengan ribuan kaum miskin, yang di gelar di pondok pesantren Syekh Abdul Qodir al-Jailani, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, pada kamis malam jum’at, 14 oktober 2005. Cara sahur bersama seperti ini akan mengembangkan sikap empati kita kepada orang lain. Demikian juga, tradisi buka bersama dengan kalangan anak-anak yatim dan fakir miskin akan mendekatkan kita untuk mewujudkan rasa syukur atas karunia Allah SWT

Ikut berbagi rasa dan mencintai kehidupan manusia merupakan strategi mensyukuri nikmat kesehatan dan keselamatan, disamping istiqomah menjalankan sholat dan dzikir kepada Allah SWT setiap waktu.

*) Penulis adalah dewan asaatidz Pesantren Virtual, Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

No comments:

Post a Comment